Kisruh di Parlemen. (Foto: CNN Indonesia) |
Oleh: Pietro T. M.
Netti
Tuan Rumah RUMAH
IDE & KREASI
Rapat paripurna DPR RI dalam rangka menetapkan alat kelengkapan dewan kembali kisruh, diwarnai dengan banting meja dan saling kejar antara anggota dan pimpinan dewan. Inilah wajah wakil rakyat kita saat ini yang patut mendapat dua jempol terbalik.
Sejak awal kerja dewan, kekisruhan selalu mewarnai setiap
keputusan politik yang diambil yang katanya untuk kepentingan rakyat. Rakyat
selalu dan selalu menjadi kambing hitam
dalam pemuasan nafsu kekuasaan para anggota
dewan dengan sikap dan perilaku yang semakin tidak terhormat. Rakyat selalu menjadi tameng alasan untuk memuluskan kepentingan-kepentingan jangka
pendek kelompok dan golongon tertentu.
Apa pun alasan yang dipakai untuk menipu rakyat, rakyat
saat ini tidak lagi buta dengan
intrik dan muslihat politik yang sedang dan akan terjadi di dalam gedung
kura-kura raksasa tersebut. Mau ditutup-tutupi sekali pun, rakyat Indonesia
sejak awal telah mengetahui ada dua kubu koalisi yang saling “berseteru” plus “bermusuhan”.
Perseteruan dan permusuhan yang kekanak-kanakan ini
terjadi sebagai akibat dari persaingan dua kubu koalisi pada saat pilpres lalu. Ada kubu yang sangat merasa sakit hati
karena kalah dalam meloloskan pasangan calonnya. Kekalahan dalam merebut kekuasaan eksekutif tersebut menyebabkan
keserekahan untuk melahap habis jatah kue
kekuasaan legislatif di parlemen. Rakyat pun telah membaca bahwa ternyata ada
kelompok dalam koalisi tertentu yang tetap ingin membalas dendam kekalahan pada pilpres lalu(?).
Semula, kekisruhan awal saat penentuan Ketua dan Wakil
Ketua DPR telah diobati dengan aksi gentlemen
para anggota parlemen yang sejenak meninggalkan perbedaan dan keegoisan
pribadi dan/atau kelompok dalam melakukan pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden RI pada Senin, 20 Oktober 2014. Ada optimisme yang dirasakan rakyat melihat
adanya kerukunan di antara elit dari
dua kubu koalisi yang mulai berdamai.
Rakyat melihat mulai tercipta kebersamaan dan titik temu di tubuh parlemen
dalam mengedepankan kepentingan yang lebih besar untuk Indonesia yang lebih
baik.
Namun sangat disayangkan, kekisruhan untuk saling berebut
kekuasaan kembali dipertontonkan di hadapan publik saat ini. Melihat kekisruhan yang terus saja terjadi di
Senayan, rakyat Indonesia kembali dipupuskan harapan-harapannya yang begitu
besar yang ditaruh di pundak para wakil rakyat kita. Ada pihak yang ingin
menang sendiri, dan ada pihak tidak mau menerima kekalahan. Semua pihak merasa
berhak berkuasa dengan argumen-argumen yang membingungkan rakyat.
Koalisi Merah Putih yang menyapu bersih semua kekuasaan di
parlemen merasa bahwa apa yang tengah dilakukan adalah legal dan sesuai dengan
undang-undang.
Semakin jelas ada persaingan kalah-menang dari dua kubu yang bertikai
yang sedang beradu kekuatan. Sebaiknya kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang merasa
kalah saat ini menerima kekalahan mereka secara gentle sebagaimana kubu Koalisi Merah Putih (KMP) yang telah
menerima kekalahan mereka walaupun dengan berat hati pada saat pilpres lalu.
Bukankah akan lebih baik jika kubu yang satu mengawasi kubu yang lain? Bukankah
akan lebih objektif jika pemerintah yang merupakan produk KIH diawasi oleh
parlemen yang dimotori oleh KMP?
Kekuatiran akan terjadi saling jegal di antara parlemen dan pemerintah biarlah rakyat Indonesia
yang menilai. Siapa yang bekerja akan diberi reward oleh rakyat dan siapa yang menghambat tentu akan mendapatkan
punishment setimpal kelak. Rakyat
Indonesia semakin hari bertumbuh semakin cerdas dan lebih cerdas. Suguhan
tontonan yang yang tidak cerdas yang diperankan oleh anggota parlemen saat ini
tentu akan menjadi referensi penilaian oleh rakyat untuk memilih pada musim
politik berikutnya. Sudah tentu ada pihak-pihak yang berhak mendapat reward and punishment oleh rakyat kelak.
“Kita lihat saja nanti!”
0 comments:
Post a Comment