August 23, 2014

Kau Curangi Aku (1): Sebuah Senandung Galau


Oleh: Pietro T. M. Netti

Gaungnya hebat...berusaha membentuk opini dan meyakinkan publik "seolah-olah" dicurangi.
Ranah hukum dicampuradukkan dengan ranah kode etik, bahkan politik.
Maklum yang berperkara orang-orang politik...selalu "salah masuk pintu".
Hanya banyak omong yang ujung-ujungnya kosong...
Rakyat diprovokasi oleh segelintir elit yang suka "cari nama" dengan alasan "kau curangi aku".

Akhir yang tragis memang menurut mereka yang katanya sudah bekerja keras...!
Katanya kerja keras mereka adalah menghadirkan fakta/bukti hukum yang mencengangkan...padahal menggelikan...
Maklum para praktisi hukum pun telah terkontaminasi politik bahkan pandai berpolitik...  
Seluruh proposal dengan dalil-dalil yang diajukan diabaikan oleh para pengadil...
Karena bisa jadi fakta hukum yang dihadirkan hanya berupa argumen politik dan argumen etik yang bukan tempatnya...
Lagi-lagi praktisi hukum suka berpolitik soalnya...

Semula kredibilitas lembaga survey sudah dipertaruhkan hanya karena pelaku survey pun senang berpolitik...
Lembaga survey yang "tidak becus" tersebut telah berani bermain-main dengan apa yang disebut sebagai "seni mengatur dan mengelola"...
Hasil survey yang seharusnya pasti karena dilakukan dengan metode-metode ilmiah "diatur dan dikelola" dengan sedemikian cantiknya, sehingga menghasilkan 2 presiden terpilih di Republik ini...Sungguh konyol...!!
Yang satu mendeklarasikan kemenangan, yang lain sujud syukur karena dibisiki menang dengan total prosentase yang tidak genap...
Siapa membodohi siapa? Siapa dibodohi siapa? Yang jelas yang membodohi dan yang dibodohi sama-sama "bodoh".

Rakyat kecil yang selalu dibilang bodoh ternyata tidak sebodoh mereka yang saling membodohi dan dibodohi.
Lebih baik menjadi rakyat kecil yang selalu dibilang bodoh oleh para pembodoh ternyata tidak bodoh sebodoh mereka yang mengaku tidak bodoh tapi sesungguhnya bodoh...

Bersambung ke (2)....

0 comments:

Post a Comment