August 23, 2014

Kau Curangi Aku (2): Sebuah Senandung Galau


Oleh: Pietro T. M. Netti

Pertaruhan kredibel dan tidak kredibel pun dialami oleh media penyiaran (cetak/elekronik).
Media dijajal kredibilitasnya dalam hal kualitas dan objektifitas pemberitaan sebagai akibat dari keberpihakan yang tidak rasional dari pemilik media kepada sang "idol".
Melalui media pun dipertontonkan pertaruhan kredibilatas dari para pakar dan pengamat, dan para praktisi hukum yang membela mati-matian terhadap kliennya.
Dan tidak salah juga kalau akhirnya rakyat berani menilai kredibilitas dari para calon yang berkompetisi, termasuk di dalamnya kredibilitas politisi yang berada dalam 2 koalisi besar yang saling "menyerang" satu dengan yang lainnya bahkan cenderung saling "membunuh".
Dari kacamata rakyat, yang menang adalah yang kredibel, dan yang kalah sudah pasti tidak kredibel.
Sangat simpel!

"Pertarungan" (dalam tanda petik, jangan ditafsir sebagai Perang Badar) sudah lama usai, namun kemenangan baru saja diraih, hanya karena ulah para pecundang yang belum rela.
Hak kemenangan dari lawan sengaja diulur-ulur dengan menciptakan opini "kau curangi aku", "akulah sang pemenang", "akulah yang mendapatkan mandat rakyat".
Ternyata "Kau Curangi Aku" bukan lagi menjadi milik Anang seorang, tetapi juga telah menjadi milik seseorang yang lain yang katanya lebih tegas, berani dan bertampang gagah.

Taktik gerilya ala Sudirman disalahgunakan pada keadaan yang salah dan dengan maksud yang salah pula.
Sudirman masa lalu bergerilya untuk tujuan yang mulia yakni membebaskan negeri ini dari tangan penjajah.  
"Sudirman" hari ini bergerilya hanya dengan maksud mengulur waktu(?) hanya karena ternyata tidak siap dan belum berani berhadap-hadapan dengan kehidupan nyata(?). Taktik gerilya yang dilakoni hanya untuk lari dan menghindar dari kenyataan.

Gerilya kini terhenti(?) karena terbentur tembok mahkamah yang kokoh dan berwibawa.
Yang semula sengaja dibuat samar, kini menjadi terang benderang oleh ketok palu mahkamah.
Dan kini jelaslah, "di alam nyata apa yang terjadi?" 

Sejak 21 Agustus 2014, rakyat Indonesia resmi memiliki Presiden Terpilih RI, Ir. Joko Wododo dan Wakil Presiden Terpilih RI, Drs. M. Jusuf Kalla untuk menjadi "RI-1 dan RI-2" untuk periode 5 tahun ke depan. 

Congratulation, Mr. President & Mr. Vice President!

0 comments:

Post a Comment