March 21, 2018

Merajut Perbedaan Untuk Harmoni Nusantara



Oleh: Pietro T. M. Netti
Tuan Rumah RUMAH IDE & KREASI
           
Merajut Merah-Putih (image: antarafoto)
Mungkin saja tulisan ini dirasa tidak aktual atau kurang/tidak relevan dengan perkembangan bangsa saat ini? Tidak apa-apa, setidaknya di saat ide penulisan tentang topik ini muncul di awal tahun 2017 yang lalu sangatlah aktual dan relevan. Tapi rasa-rasanya topik ini masih tetap relevan dan (agak sedikit) aktual saat ini.

Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan saya yang berjudul SARA, Senjata Pembunuh Made in Indonesia, sebuah ungkapan keprihatinan pribadi terhadap perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin hari semakin jauh dari harapan. Tentunya harapan yang saya maksudkan adalah harapan untuk bisa hidup berdampingan secara tenteram dan damai, saling menghargai satu sama lainnya, bersimpati dan berempati di antara sesama anak bangsa tanpa mempersoalkan perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Di dalam seni musik atau seni suara, harmoni tercipta dari perbedaan-perbedaan bunyi nada/suara yang dipadu menjadi satu. Perbedaan bunyi nada/suara menjadi hal utama bahkan menjadi syarat mutlak (sekali lagi, menjadi syarat mutlak) untuk menciptakan harmoni. Perbedaan sama sekali bukan sebuah masalah yang perlu diributkan atau bahkan perbedaan yang satu tidak perlu dipertentangkan dengan perbedaan yang lainnya. Perbedaan justru menjadi sebuah hal penting yang harus dipenuhi dan dijaga/dipelihara keberadaannya.

Ya, itulah harmoni! Harmoni tidak hadir dari keseragaman, tetapi keberagaman. Keberagaman niscaya berisikan perpaduan dari berbagai perbedaan. Dari situlah kita bisa melihat, meraba dan menerawang bahwa keberagaman menghasilkan keindahan dari paduan warna-warni di taman kehidupan. Keberagaman menghadirkan keserasian dari jalinan cinta kasih di antara sesama anak manusia. Keberagaman melahirkan persatuan dan kesatuan dari ikatan tali kasih persaudaraan yang erat. Keberagaman menciptakan kekuatan dari rekatan fondasi yang kokoh untuk menopang sendi-sendi kebangsaan.

Berikut ini adalah kutipan makna Harmoni menurut Wikipedia bahasa Indonesia, esiklopedia bebas:

Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia, berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai factor dengan sedimikian rupa hingga factor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Sebagai contoh, seharusnya terdapat harmoni antara jiwa jasad seorang manusia, kalau tidak, maka belum tentu orang itu dapat disebut sebagai satu pribadi………….”

Lebih lanjut, harmoni memiliki 3 konsep dasar (Konsep Harmoni), yakni:
1.      Perbedaan antar unsur atau keragaman,
2.      Timbal balik, dan
3.      Menuju kesatuan yang luhur.
[https://id.m.wikipedia.org/wiki/Harmoni]

Harmoni di dalam seni musik dan seni suara, dalam kenyataannya, sangat berbanding terbalik dengan harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perbedaan telah menjadi momok menakutkan di negeri yang sejak lahir telah menjunjung tinggi dan menghargai keberagaman/kebhinnekaan. Perbedaan telah menjadi senjata pembunuh nomor satu di negeri yang sejak awal telah menapakkan kakinya di atas fondasi perbedaan.

Padahal, dalam menciptakan dan menjaga harmoni, perbedaan-perbedaan (nada/suara) yang ada perlu dipertahankan. Kita yang berbeda harus terus menjaga konsistensi perbedaan kita. Perbedaan bukanlah ancaman, justru menjadi cikal-bakal keindahan yang harus dirawat dan dipelihara. Kita/kelompok kita tidak perlu berusaha untuk dan/atau memaksa kelompok lain untuk menjadi sama seperti kita/kelompok kita. Bahkan kita/kelompok kita pun tidak boleh terpengaruh dengan kelompok-kelompok lain yang memang sudah diharuskan berbeda.

Jika demikian, apa yang harus dipermasalahkan?

”Akankah perbedaan yang seharusnya berpadu satu dalam sebuah paduan suara nusantara yang telah dirancang oleh bapak-bapak bangsa yang telah menggema indah di seanteru ruang nusantara ini berubah menjadi benih-benih yang menumbuhkan permusuhan dan perpecahan di antara sesama anak bangsa?”

“Atau, akankah perbedaan yang seharusnya menjadi pelangi nada/suara yang membentang sepanjang khatulistawa ini berubah menjadi senjata pemusnah yang siap memuntahkan peluru konflik dan seteru?”

“Atau, mungkinkahkah perbedaan yang seharusnya menjadi faktor yang saling melengkapi dalam memperkokoh sensi-sendi bangsa justru akan menjadi lintas tol menuju disintegrasi bangsa?”

“Only heaven knows!”

0 comments:

Post a Comment