Oleh: Pietro T. M.
Netti
Tuan Rumah RUMAH IDE & KREASI
Tuan Rumah RUMAH IDE & KREASI
PM Skotlandia Alex Salmond & Wakil PM Nicola Sturgeon [Foto: id.wikipedia.org] |
Pilihan dan kehendak rakyat di atas segalanya, walaupun
selisih kemenangan/kekalahan tidak terlampau jauh. Jika saja sang mantan
Perdana Menteri Besar mau menunjukkan sikap kekanak-kanakan-nya
dan kebodohan-nya, maka ia bisa saja
berupaya sekuat tenaga untuk kalau boleh men-delegitimasi pilihan rakyat tersebut melalui lembaga-lembaga yang
berwewenang, atau melalui cara yang tidak bermoral lainnya. Ia dan kelompoknya
bisa saja menciptakan opini publik seolah-olah
kubu pro kemerdekaanlah yang harus menang, karena hampir setengah rakyat Skotlandia
menginginkan kemerdekaan. Ia dan kelompoknya pun bisa saja membentuk koalisi
baru untuk menghambat dan merongrong kebijakan pemerintahan Britania Raya.
Namun, sepertinya semua yang telah dikemukakan di atas
tidak akan dilakukan, karena Salmond dan kelompoknya bukanlah tipe politisi opurtunis yang, mumpung ada kesempatan (“kalau bukan
sekarang kapan lagi, dan kalau bukan kita siapa lagi”), gemar mempermainkan
kehendak rakyat untuk memenuhi birahi
kekuasaan mereka. Untungnya Salmond dan kelompoknya tidak sedang birahi sehingga tidak perlu melampiaskan
hasrat mereka melalui demonstrasi di sana-sini, gugat, hujat, caci-maki, dan fitnah membabi buta yang tidak bermoral
dan beretika. Mereka pun tidak perlu
membentuk koalisi-koalisian di
parlemen hanya untuk mengakomodir kepentingan sesaat (jangka pendek) mereka
yang sebenarnya bertentangan dengan kehendak rakyat; lagi-lagi karena mereka
tidak sedang birahi.
Ternyata keinginan
berkuasa dan fanatisme keberpihakan
yang membabi buta identik dengan nafsu
birahi seksual yang meluap-luap dan
liar. Ini disebabkan oleh karena kebebasan yang disalahartikan oleh oknum-oknum
yang merasa mendapat kepercayaan rakyat, dan mengaku-ngaku dimandatkan oleh
rakyat. Untungnya, pihak Salmond dkk tidak “over
pe-de” (percaya diri yang berlebihan) sehingga merasa bahwa mereka adalah satu-satu-nya yang mewakili dan
dimandatkan oleh rakyat Skolandia.
Dari kenyataan-kenyataan yang disebutkan di atas, saya bisa
menebak bahwa Salmond dkk dalam memperjuangkan kemerdekaan Skotlandia bukan
didasarkan pada orientasi kekuasaan untuk kepentingan kelompoknya saja, tetapi
lebih dari itu untuk kepentingan rakyat Skotlandia secara keseluruhan. Ternyata
perjuangan mereka harus terhenti untuk saat ini karena sebagian besar rakyat
Skotlandia masih menginginkan tetap berada sebagai bagian tak terpisahkan dari
Britania Raya (Inggris).
Pertanyaannya: “Apakah Salmond dkk harus menelan kekecewaan
yang berlebihan?”
Jawabanya: “Tidak perlu! Karena perjuangan mereka telah
dijawab secara jelas dan tegas oleh rakyat Skotlandia sendiri! Tidak
perlu lagi melakukan intrik-intrik
politik yang sengaja melawan kehendak rakyat! Kehendak rakyat sudah jelas, tinggal patuh dan menjalankan
kehendak rakyat!”
Demikian pembahasan tentang Referendum Skotlandia yang menarik untuk dicermati. Referendum Skotlandia patut menjadi
perhatian dan pelajaran bagi kita semua khususnya bagi para elit politik dan
para pemimpin di Indonesia. Ada banyak pelajaran menarik yang dapat dipetik
oleh kita dalam menghadapi musim-musim
politik baik dalam skala nasional (Pemilu) maupun skala daerah (Pilkada).
Sudah saatnya seluruh anak bangsa dan elit negeri ini belajar untuk lebih dewasa dan bijak dalam memaknai setiap momentum dan perjuangan politik ke
depannya.
Dewasa
mencerminkan sebuah fase kehidupan yang matang dan bukan tergolong dalam fase tumbuh
kembang anak-anak/remaja. Dan Bijak/bijaksana adalah suatu tingkat kedewasaan
berpikir dan kematangan emosional yang berada satu tingkat di atas tingkatan cerdas/kecerdasan. “Orang bijak pasti cerdas!”
0 comments:
Post a Comment