BLOG PIETRO T. M. NETTI: RUMAH IDE DAN KREASI

Blog PIETRO T. M. NETTI (pietronetti.blogspot.com) adalah sebuah situs/blog pribadi atas nama PIETRO T. M. NETTI. Blog PIETRO T. M. NETTI (pietronetti.blogspot.com) adalah sebuah situs/blog yang dianalogikan sebagai RUMAH IDE DAN KREASI. Sebagai rumah, situs/blog ini menyediakan beberapa ruang yang nyaman yang dapat menampung Ide dan Kreasi dari Tuan Rumah.

PIETRO T. M. NETTI: Tuan Rumah RUMAH IDE DAN KREASI

Moto: “Laborare est Orare: Bekerja adalah Berdoa. Berdoa bukan hanya memejamkan mata melainkan juga membuka mata dan melihat kenyataan. Berdoa bukan hanya melipat tangan melainkan juga turun tangan dan melakukan tindakan nyata (SELAMAT PAGI TUHAN-ANDAR ISMAIL).” “Bermusik bagi Tuhan adalah wujud Sembah, Pujian dan Doa yang nyata di hadapan hadirat Allah (PIETRO T. M. NETTI).”

RUANG IDE: Opini PIETRO T. M. NETTI

Ruang untuk berpendapat secara jujur dan independen dari sudut pandang Tuan Rumah: Menyalurkan ide dan gagasan berhubungan dengan tema-tema tertentu (Opini), Memberi ulasan/liputan terhadap obyek/peristiwa/persoalan yang informatif, menghibur, meyakinkan, dan menggugah simpati dan empati (Feature), Menghadirkan kisah/cerita dari yang dilihat, didengar, dipikirkan, dirasakan, dan yang dilakukan (Non Fiksi).

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

March 29, 2015

Mengenal Penulisan Notasi Angka Dalam Birama 6/8


Oleh: Pietro T. M. Netti
Tuan Rumah RUMAH IDE & KREASI
DSL 108 (Gambar: Koleksi Pribadi)

Pada beberapa tahun silam saya pernah disodorkan teks lagu dalam notasi angka yang benar benar sangat membingungkan. Lagu tersebut adalah lagu yang terambil dari himpunan nyanyian Dua Sahabat Lama (DSL) No 108 “PERSEMBAHAN DIRI”, salah satu lagu yang terdapat di dalam Liturgy Kebaktian Minggu Pra Paskah (Minggu Sengsara). Lagu tersebut adalah lagu yang akan dinyanyikan oleh para peserta Katekisasi pada prosesi Peneguhan dan Pemberkatan sebagai anggota Sidi Baru.

Saya katakan sangat membingungkan karena penulisan simbol-simbol notasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah saya pelajari dan pahami sebelumnya tentang membaca dan memainkan notasi angka. Bahkan apa yang muncul dalam pikiran saya saat itu adalah bahwa penulisan simbol notasi yang membingungkan itu mungkin saja “salah”. Tetapi apakah memang mungkin penulisan simbol-simbol tersebut “salah”(?), sedangkan lagu yang disodorkan adalah teks fotocopy yang berasal dari sumber asli, DSL.

Mungkin untuk sebagian kalangan pemain musik hal ini tidak membingungkan, tapi bagi saya yang pada saat itu baru mulai menekuni (mempelajari) not angka dan lagu/musik gereja benar-benar merasa kewalahan alias tidak bisa memainkannya samasekali. Mungkin pula, jika ada pemain musik yang telah mengetahui lagu tersebut (bisa menyanyikan) tidak akan mengalami kesulitan seperti yang saya hadapi saat itu, karena tidak perlu lagi bersusah payah membaca simbol-simbol notasi yang “salah” itu.

Dalam not angka, biasanya, terdapat birama yang terdiri dari sejumlah ketukan: lagu dengan birama 1 ketuk, 2 ketuk, 3 ketuk, 4 ketuk, 5 (3+2) ketuk, 6 ketuk, 6 (3x2) ketuk, 9 (3x3) ketuk, dll. Setiap not atau simbol seperti titik (.) atau nol (0) yang berdiri sendiri adalah Not 1/4 dengan harga 1 (satu) ketukan. Not yang mendapat satu bendera adalah Not 1/8 dengan harga 1/2 ketukan, dua bendera adalah Not 1/16 dengan harga 1/4 ketukan. Sejauh ini saya belum menemukan (mungkin ada) not dengan tiga bendera di dalam lagu-lagu not angka; jika ada maka not tersebut adalah Not 1/32 dengan harga 1/8 ketukan (Lihat Gambar!).
Not & Harga Not (Gambar: Koleksi Pribadi)

Kebanyakan lagu-lagu dalam Not Angka, bendera (garis di atas not) yang menentukan harga notasi tidak digunakan pada satu not yang berdiri sendiri atau not tunggal. Biasanya bendera (satu, dua atau tiga bendera), sejauh pengamatan saya, menghubungkan satu not dengan not yang lainnya. Dalam lagu di atas, bendera dipasang pada not tunggal yang sangat menyulitkan saya untuk menemukan cara yang tepat untuk membaca/menyanyikan dan memainkannya dengan musik. “Mungkinkah ada kesalahan?” Seperti yang sudah saya katakan di atas, tidak mungkin penulisan simbol bendera pada not tunggal tersebut “salah”, karena memang teks aslinya sudah seperti itu.

“Tetapi bagaimana membacanya atau menyanyikannya atau memainkannya?”

Saya mencoba mencermati kembali satu per satu yang tertulis di dalam teks lagu tersebut mulai dari Judul Lagu, Nada Dasar, Birama dan Isi Lagu dari awal hingga akhir. Masalah baru pun muncul ketika saya menemukan birama lagu yang ditulis adalah birama 6/8. “Kok bisa biramanya 6/8?” Padahal kalau mau dihitung-hitung, berdasarkan pemahaman saya, jumlah dan harga not yang ada di setiap birama di dalam lagu tersebut tidaklah sesuai. 6/8 artinya ada 6 not 1/8 yang menjadi patokan tempo.

Jika kita menghitung berdasarkan penulisan pada lagu di atas, not 1/8 berjumlah rata-rata hanya 2 not (bukan 6) di setiap biramanya. Bahkan secara kasat mata, saya menghitungnya hanya terdapat 3 ketukan di setiap biramanya. Pada birama pertama, misalnya, not 1/4 yang berharga 1 ketukan (tanpa bendera) hanya terdapat 2 not, dan not 1/8 yang berharga 1/2 (atau yang mendapat satu bendera) juga hanya ada 2 not. Berarti 1 + 1 + ½  + ½ = 3, atau secara berturutan bisa dihitung sebagai berikut: 1 + ½ + 1 + ½ = 3. “Lantas kenapa 6/8?” Lagi-lagi pertanyaan itu yang muncul (Lihat Gambar: tulisan berwarna Hitam!).
Birama (Gambar: Koleksi Pribadi)

Segala upaya saya kerahkan untuk mengungkap rahasia di balik birama yang bertuliskan angka 6/8. Dari segi makna 6/8 yang sudah saya sebutkan di atas, sudah jelas tidak bisa membuat saya sampai pada sebuah kesimpulan yang tepat tentang cara membaca/menyanyikan/memainkan notasi lagu ini. Fakta dan data pada teks lagu telah membuktikan tidak terdapat unsur 6 dan 8-nya samasekali.

“Apakah 6/8 itu? Mengapa harus 6/8?” Sambil terus bertanya dalam hati, tiba-tiba muncul sebuah titik terang yang menjuruskan saya pada sebuah kesimpulan sementara yang mungkin saja akan menjadi kunci jawabannya. Saya teringat angka 6/8 juga ada pada jenis irama musik (style musik) yakni irama/style Slow Rock 6/8. Irama Slow Rock adalah irama 4 ketukan dengan 6 not 1/8 menjadi patokan tempo. Karena terdapat 4 ketukan dalam setiap biramanya maka 6 not 1/8 tersebut dikali 2 lagi (6x2) sehingga menjadi 12 not 1/8 di tiap birama. Atau, dengan kata lain, dalam 4 ketukan, terdapat 3 not 1/8 di setiap ketukannya; 4x3=12 (4 ketuk dikali 3 not 1/8 sama denga 12 not 1/8).

Berikut ini adalah cara membaca/menyanyikan/memainkan lagu DSL 108 dengan penulisan simbol notasi yang lain tanpa merubah komposisi lagu:   
Hasil Kerja Cara memebaca Notasi dengan birama 6/8 (Gambar: Koleksi Pribadi)

Hingga pada titik ini, tersingkaplah segala rahasia di balik angka 6/8 yang sempat membingungkan dan melelahkan karena telah begitu banyak menguras energi rasa dan energi pikir. Walaupun sempat “letih”, penyingkapan kode 6/8 ini kembali memberi energi dan spirit baru yang menyegarkan hati dan pikiran saya untuk terus menyingkap dan mengungkap segala tabir kegelapan yang masih penuh tanda tanya.

Tulisan ini merupakan catatan pribadi saya untuk mendokumentasikan hasil kerja saya secara mandiri dalam mengupayakan agar sedapat mungkin memahami (membaca/menyanyikan/memainkan) simbol notasi angka yang ada. Cara penulisan simbol notasi seperti yang terdapat pada teks DSL tersebut, menurut hemat saya, sudah jarang ditemukan/dipakai dalam pembuatan arransemen lagu dengan notasi angka dewasa ini. Saya lebih cenderung mengatakan bahwa cara penulisan simbol pada lagu DSL tersebut adalah penulisan “gaya lama” yang sudah tidak dipakai lagi saat ini(?).

Di samping itu, tulisan inipun menjadi pelajaran yang mengingatkan diri saya sendiri agar ketika menemui arransemen lagu-lagu lain yang masih menggunakan cara penulisan simbol yang serupa, maka cara membacanya/menyanyikannya/memainkannya mengikuti pola yang ada. Upaya dan hasil kerja ini tentu masih jauh dari kesempurnaan oleh karena keterbatasan referensi yang saya miliki. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk memberi pencerahan kepada kita semua.

Semoga tulisan ini juga dapat menginspirasi dan memberi manfaat bagi sahabat-sahabat pemain musik gereja yang lain yang mungkin saja mengalami hal yang sama seperti yang saya alami sebelumnya. Shallom!

Buku Harian (Diary)


(Bahan Ajar Untuk Siswa/i SD Bertingkat Naikoten 1 Kupang)
Oleh: Pietro T. M. Netti
(Komunitas Sastra Pukuafu)
Image: andalusianaarsya.wordpress.com

PENGERTIAN BUKU HARIAN

Buku Harian atau Diary adalah: sebuah catatan pribadi yang berisi kegiatan atau kejadian yang kita alami sehari-hari (http://id.wikipedia.org/wiki/Buku_harian).

Apa yang kita catat/tulis  di dalam Buku Harian adalah:

  1. Kejadian penting,
  2. Kejadian menarik,
  3. Kejadian yang mengesankan,
  4. Kejadian lucu,
  5. Kejadian menakutkan, dll
 
FUNGSI BUKU HARIAN

Buku Harian (Diary) adalah sebagai

  1. Cerita: Kenangan masa-masa yang pernah kita alami.
  2. Catatan Sejarah kehidupan kita.
  3. Opini: Menuangkan ide-ide/pendapat yang terlintas dalam pikiran tentang suatu peristiwa.
  4. Curahan Hati (Curhat): mencurahkan/mengungkapkan emosi dan perasaan kita atas masalah yang dihadapi.
 
KATEGORI ISI BUKU HARIAN

  1. Buku Harian berisi tentang catatan-catatan harian yang bersifat pribadi. Karena bersifat pribadi maka Buku Harian hanya untuk disimpan dan dibaca sendiri oleh kita yang membuatnya. Buku Harian adalah sepenuhnya hak milik kita. Pada umumnya, Buku Harian bersifat pribadi/rahasia. Orang lain tidak diijinkan untuk melihat apalagi membacanya. Orang lain baru boleh membacanya jika kita sendiri yang mengijinkan.
  2. Ada pula Buku Harian yang ditulis dengan maksud agar orang lain juga bisa ikut membacanya. Buku Harian ini masuk dalam kategori umum/tidak rahasia. Biasanya Buku Harian ini berisi tentang pengalaman-pengalaman pribadi yang dinilai penting dan bermanfaat juga bagi orang, dan cerita-cerita kehidupan yang dikemas dalam bentuk puisi maupun prosa yang menggugah. Intinya, melalui Buku Harian yang kita buat, ada hal-hal positif dan pesan-pesan moral yang ingin dibagikan kepada orang lain agar bisa dijadikan sebagai motivasi dan pelajaran berharga.
 
ELEMEN DAN FORMAT BUKU HARIAN

Elemen Buku Harian terdiri dari:

  1. Komponen Hari, Tanggal, dan Tahun
  2. Komponen Isi Buku Harian

Format Buku Harian:
Alternatif 1:

Alternatif 2:


CARA MENULIS BUKU HARIAN

Ada berbagai cara menulis Buku Harian:

  1. Menulis dalam bentuk sandi-sandi rahasia jika isinya sangat bersifat pribadi/rahasia, sehingga jika orang lain yang membacanya tidak bisa mengerti.
  2. Menulis dalam gaya bahasa pergaulan sehari-hari sebagaimana bahasa lisan yang kita pakai.
  3. Menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
  4. Menulis dengan menggunakan berbagai gaya bahasa yang indah untuk menyampaikan ide/gagasan/pendapat, contohnya: menulis puisi atau prosa.

Dilihat dari Isi Buku Harian, jika Buku Harian tersebut masuk dalam kategori pribadi/rahasia, maka bagaimana menulis buku harian, apa saja yang harus ditulis, dan gaya bahasa apa yang harus dipakai, semua terserah kita. Kita bebas menulis apa saja yang menurut kita patut ditulis dengan cara dan gaya kita sendiri sesuai dengan seluruh Cara Menulis Buku Harian di atas. Tidak ada orang lain yang berhak mengatakan, mengoreksi dan/atau menilai bahwa apa yang kita buat/tulis di dalam Buku Harian kita itu salah atau harus begini atau harus begitu. Namanya juga Buku Harian pribadi http://juragancipir.com/pengertian-buku-harian-dan-manfaatnya/).   

Namun, jika catatan-catatan di dalam Buku Harian berkategori umum/tidak rahasia, maka sebaiknya kita perlu memperhatikan bagaimana menulis buku harian yang baik, apa saja yang harus kita tulis, dan gaya bahasa apa yang harus kita pakai. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Saat menulis Buku Harian dengan kategori ini, kita perlu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sesuai dengan standar bahasa yang baik dan benar (Lihat: butir no 3. CARA MENULIS BUKU HARIAN!).
  2. Apa yang akan/harus kita tulis harus dipikirkan secara matang agar tulisan/catatan-catatan yang kita buat tersusun secara rapi, teratur dan masuk akal (sistematis), sehingga orang lain (pembaca) bisa dengan mudah mengikuti jalan pikiran kita.
  3. Penggunaan gaya bahasa (majas) sangat penting dalam tulisan/catatan-catatan dalam bentuk puisi maupun prosa (Lihat: butir no. 4 CARA MENULIS BUKU HARIAN!). Gaya bahasa (majas) adalah bahasa kiasan yang dipakai untuk mengungkapkan/mewakili pikiran dan perasaan dari kita sebagai penulis (http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Majas). Biasanya bahasa kiasan yang dipakai akan memberikan kesan imajinatif kepada pembaca. Kesan imajinatif dapat diartikan sebagai kesan yang berhubungan dengan kerja akal dalam mengembangkan suatu pemikiran yang lebih luas dari apa yang pernah dilihat, dengar, dan rasakan (http://id.wikipedia.org/wiki/Imajinasi).
 
PENUTUP

Buku Harian, bagi banyak kalangan, telah menjadi “sahabat” (baca: media) tempat mencurahkan isi hati, emosi, dan perasaan, tempat mengadu dan berkeluh-kesah, dan menjadi tempat menuangkan ide dan pendapat secara pribadi. Tulisan/catatan yang kita buat di dalam Buku Harian adalah sebuah rekaman jejak kisah kehidupan kita sendiri yang akan menjadi kenangan terindah dan tak terlupakan di masa-masa yang akan datang. Pencatatan yang teliti dan akurat tentang sebuah kisah, peristiwa dan langkah kehidupan kita akan menjadi catatan sejarah yang berharga setidak-tidak bagi diri/pribadi kita sendiri.


Naikolan, 14 Maret 2015


Catatan:
Buku Harian Anne Frank (Image: www.dw.de)

Buku Harian Anne Frank berjudul Het Achterhuis atau yang lebih dikenal dengan “The Diary of A Young Girl” telah menuai banyak simpati dari pembaca sastra dan non-sastra, serta penyangkalan dan penghargaan yang tak ada habisnya.
Ditulis oleh seorang gadis remaja yang hidup dalam persembunyian selama masa penjajahan Nazi Jerman di periode Perang Dunia II, buku harian ini adalah saksi kekejaman pemerintahan Adolf Hitler serta sumber pembelajaran para ahli sejarah terhadap nasib kaum Yahudi pasca pendudukan Jerman di negara-negara tetangga (Eropa).
Kisah di bawah ini bukan cerita fiksi yang dipintal oleh seorang penulis handal, bukan juga imajinasi seorang penulis amatir yang mencari ketenaran—melainkan buah pena seorang remaja berusia 13 tahun yang mau tak mau terpaksa berteman dengan “buku tulis” di tengah tragedi yang melanda Eropa di masa itu. Anne Frank dan keluarga disembunyikan di loteng rumah tempat Otto Frank (Ayah) bekerja, yang disebut sebagai SECRET ANNEXE. (http://fiksilotus.com/2012/09/11/buku-harian-anne-frank/).  

[http://edukasi.kompasiana.com/2015/03/15/buku-hariandiary-706928.html]

March 21, 2015

Bidadariku


Oleh: Pietro T. M. Netti


Oh....Indah pesona Dewata
Desir ombak di pantai pasir putih
Karya agung lukisan semesta
Nusa indah seribu Pura

Nyanyian alam berkumandang
Gema seruling menyambut riang
Iringi gemulai gerak tarian
Dan senyum manis gadis desa

Lembut tatapmu bagai purnama
Ramah, santun menyinari raya
Kaulah bidadariku
Di antara gemintang khatulistiwa


“SELAMAT MERAYAKAN HARI RAYA NYEPI TAHUN BARU SAKA 1937”

Catatan:
BIDADARIKU adalah lirik lagu yang diciptakan di Denpasar, 26 Januari 2003